Angin
bertiup tidak terlalu kencang, udara pun terlihat bersahabat denganku. Dengan
penuh kecemasan ku coba tuk jalani hari. Hari dimana detik-detik akhir dari
segala perjuangan satu semester akan berakhir. Ya…, kami biasa menyebutnya
dengan “FINAL”.
“Heee…, telat kali kok”, celoteh
temanku yang sudah setangah jam menunggu kami.
“Dari kampus ni, ada urusan sedikit,
Miss Deasi udah datang ?”, Tanyaku padanya
Dengan pandangan yang datar, ia menjawab
“Belum”
Kami
biasanya membuat project di sekitaran pantai Syiah Kuala, beberapa kilometer
dari kota Banda Aceh. Kami yang terdiri dari 4 orang dalam satu grup, memilih
project membersihkan tempat wisata. Pilihan kami tertuju pada Pantai Syiah
Kuala. Kami memilih pantai ini karena banyaknya wisatawan yang datang, bukan
sekedar untuk berwisata tetapi juga ada yang ingin berziarah ke makan Syekh
Abdurrauf As Singkily atau masyarakat Aceh kerap menyebutnya dengan Tengku Syiah
Kuala.
Tengku
Syiah Kuala adalah seorang ulama besar di Aceh yang sangat berpengaruh di masa
terdahulu. Wajar saja sampai saat ini masyarakat Aceh sangat menghargai perjuangan
yang telah beliau lakukan. Pantai yang akan kami bersihkan tepat berada disamping
makam Tengku Syiah Kuala.
“Fifi,
fifi…”, sapa seorang temanku.
“Ngelamun
aja, pikirin apaan sih?…!!!”, tanya temanku padaku.
“Ngak
ada kok, perasaan aku ngak enak ni”, jawabku gelisah.
“Ohh..tenang
aja fi, kita jalani ini semua bersama ya”, ujar temanku sambil tersenyum.
Sekilas
pikiranku seperti ditarik undur kemasa-masa awal project kami. Aku jadi
teringat awal mula project ini ditugaskan oleh Dosen. Sangat terekam jelas
rasanya raut-raut wajah kebingunggan teman-temanku yang tidak tau harus berbuat
apa. Sampai-sampai kami satu kelas berkumpul di suatu tempat untuk membahas
project ini. Tapi anehnya, solusi yang telah kami dapatkan tidak berjalan
sesuai dengan rencana atau bisa dikatakan “gagal total”. Aku merasa lucu jika
di ingat-ingat sekarang ini. Aku jadi teringat salah satu program TV yang
slogannya “Menyelesaikan Masalah Tanpa Solusi”, hahahahaah…, tawaku dalam hati.
Itulah yang saat itu terjadi pada kami.
Namun,
akhirnya kami memilih berembuk hanya dengan kelompok kami sendiri. Alhasil,
kami memilih project membersihkan tempat wisata.
Aku
teringat pagi minggu itu, aku mengalami hal yang sedikit menjengkelkan. Aku
bersama temanku berkumpul di suatu tempat untuk menuju ke pantai Syiah Kuala
bersama-sama. Kami berjanji untuk berkumpul tepat pada jam 08.00 pagi. Namun,
hampir 2 jam aku dan seorang temanku menunggu, mereka tak kunjung datang.
“Kemana dulu orang ni, kok ngak datang-datang”,
ujarku kesal.
“Udah 2 jam kita tunggu ngak datang-datang juga”.
Sambung temanku yang juga kesal.
“Hmmmmmm……!!!!!”,
aku menghela nafas.
Setelah
sekian lama menunggu, akhirnya mereka datang juga. Disitu aku merasa sangat
kesal. Namun, demi sebuah hubungan pertemanan aku mengalah. Singkat cerita,
kami mulai berangkat menuju pantai Syiah Kuala. Saat kami tiba, kami mengamati
sekitaran pantai yang memang sangat kotor pada saat itu dan pengunjungnya
pun terbilang ramai.
Namun
ada satu pemandangan yang menarik perhatianku saat itu, sebuah keluarga yang
sedang bersantai dipinggiran pantai. Sepertinya mereka membawa makanan dari
rumah. Tapi, yang membuatku tidak habis pikir, mereka melemparkan sampah
makanan mereka begitu saja. Mereka seakan tak peduli dengan cemarnya lingkungan
yang diakibatkan dari ulah mereka. Mereka pun seakan nyaman-nyaman saja melihat
pemandangan yang tidak sedap di pandang tersebut.
Melihat
hal tersebut, aku tergugah untuk sedikit menyadarkan mereka. Yang pastinya
bukan melalui peringatan. Karena ku tahu, umurku jauh dari mereka dan tak pantas rasanya bagiku untuk mengingatkan
mereka. Ku coba perlahahan berjalan disekitaran pantai sambil memungut beberapa
sampah plastik. Sampailah langkahku pada keluarga itu, ku coba memungut sampah
di sekitar mereka. Aku merasa gugup, aku takut mereka berpikir yang bukan-bukan
tentangku. Tetapi, aku takjub ketika keluarga itu ikut memungut sampah
bersamaku dan mengumpulkannya kedalam plastik dan memberikannya padaku.
“Dari
pat dek”, sapa seorang wanita paruh baya dari
keluarga itu.
“Dari
Uin nek”, jawabku pada seorang wanita paruh baya tersebut.
“Dalam
rangka peu dek jak pilih-pilih broh inoe ?”, sapa anggota keluarga lainnya.
“Hana
bang, na project bacut geuyu peuget le dosen”, jawabku lagi.
Aku
sadar, sebenarnya mereka tahu akan kebersihan. Tetapi, karena enaknyanya
melempar dan didukung dengan suasana lingkungan yang seperti itu, maka melempar
sampah sembarangan seakan sudah membudaya di kalangan masyarakat Aceh.
Sebenarnya kami juga tidak ingin menyalahkan mereka seututuhnya, tapi memang
fasilitas untuk tong sampah sendiri masih sangat minim di daerah pantai
tersebut. Bahkan, ketika kami meninggalkan sampah dipinggir jalan. Setelah
seminggu, tak satupun mobil penganggut sampah yang lewat untuk mengambil sampah
kami. Sampai-sampai ada salah satu temanku yang melaporkan hal ini pada Dinas Kebersihan.
Dan akhirnya sampah yang telah kami kumpulkan pun di angkut. Dari sini, dapat kita simpulkan
memang kesadaran masyarakat bahkan pemerintah sendiri pun masih sangat-sangat
minim.
Bagiku,
minggu setelahnya tidak terlalu berkesan. Karena sudah mulai padatnya jadwal
perkuliahan. Kami hanya mengunjungi pantai di hari-hari biasa bukan di hari
libur lagi. Namun, efeknya sudah sedikit terlihat dengan lingkungan yang sudah
mulai bersih di sekitaran pantai Syiah Kuala. Walau tidak bisa dipungkiri,
akhir-akhir ini Banda Aceh di guyur hujan yang sangat deras setiap harinya.
Sampah pantai pun mulai banyak terlihat seperti kayu-kayu yang banyak dibawa
oleh ombak. Untuk sampah plastik sendiri, tidak begitu banyak, mengigat para
pengunjung akhir-akhir ini tidak keluar rumah karena hujan.
Tak
terasa ini adalah penghujung dari project kami, walau belum terlalu optimal, hasilnya
kami serahkan semuanya kepada Allah SWT. Hari ini dosenku berjanji ingin
melihat project kami. Dengan hamparan pasir hitam pekat dan beralaskan batu
gunung, kami duduk menunggu beliau sambil berbincang-bincang ringan.
“Ada
chat ni dari Miss Deasi”, kata temanku yang ikut mengejutkan hayalanku.
“Miss
Deasi udah sampai”, sambungnya.
“Mana-mana
kok ngak nampak”, jawab kami seretak.
Seraya
berdiri kami melihat jauh ke arah jalanan, dan ternyata benar dosen kami baru
saja tiba.
“Haiii,
apa kabar ?”, sapanya hangat.
“Baik
Miss”, jawab kami setentak.
“Apa
yang akan kita lakukan Miss ?”, Tanya salah satu temanku
“Terserah kalian, seperti biasa yang kalian lakukan
saja, saya kesini hanya untuk melihat project kalian”, jawab dosen kami.
Mendengar
pernyatan tersebut, kami mulai bergegas kembali mengunggut sampah-sampah yang
berserekan disekitar pantai. Jujur saja persaanku saat itu cemas. Instingku
berkata akan terjadi hal buruk yang tidak di harapkan nantinya. Langkahku terus
menelusuri pesisir pantai dan sesekali jari-jemariku mengambil sampah. Belum
penuh satu plastik kami mengumpulkan sampah. Tiba-tiba dosen memanggil kami
untuk berkumpul.
“Kalian
tau apa yang kurang dari project kalian ?”, tanya dosenku serius.
Kami
terdiam seribu bahasa, binggung harus bilang apa.
“Apa
yang menurut kalian menjadi kendala di project kalian ini ?”, tegasnya lagi.
Lagi-lagi
kami mati kutu dengan pertanyaannya tersebut, kami seakan tidak tahu harus menjawab
bagaimana.
“Kurang
dikenal orang Miss” jawabku dengan penuh keraguan.
“Kurangnya
interaksi kami dengan warga sekitar sini Miss”, jawab temanku lainya
“Fasilitasnya
kurang Miss, seperti spanduk, tong sampah”, ujar temanku lagi.
“Ok..,
kalian ada buat fanpage seperti yang saya sarankan”, ujar dosenku lagi
“Ngak
ada miss”, jawab kami dengan penuh penyesalan.
“Nah, itulah yang salah dari kalian, padahal project
kalian ini sudah sangat bagus, tapi harus berakhir tanpa hasil seperti ini.
Coba jika kalian buat fanpage pasti banyak orang diluar sana yang ingin ikut
membantu kalian. Kalian sekarang seakan membuat project yang asal jadi seperti
tidak memiliki prospek kedepannya. Saya berharap setidaknya project kalian ada
pengaruhnya sedikit bagi masyarakat. Tapi ini, hanya kalian yang tau dan
seiring habisnya project ini maka sampah akan kembali banyak seperti dahulu
lagi. Cobalah berbuat sesuatu semaksimal mungkin jangan meremehkan hal sekecil
apapun itu”, tegas dosenku.
Mendengar
pernyataan dari dosenku, hatiku teiris rasanya. Perasaanku kini bercampur aduk
antara sedih atau binggung harus bagaimana. Namun sedikit pernyataan dari
dosenku, seakan membawa ribuan makna bagiku. Aku sadar memang selama ini kami
membuat project tidak semaksimal yang diharapkan. Tapi, dari project ini aku
dapat belajar. Aku tidak boleh lagi bergantung pada orang lain. Aku harus
berusaha sendiri semaksimal yang ku bisa seperti halnya membuat fanpage. Aku
akui, aku memang tidak bisa membuat fanpage, tetapi kenapa aku tidak mencoba.
Ahhhh…, memang penyesalan selalu datang terlambat.
Selain
itu, aku juga belajar untuk menurunkan ego masing-masing, terkadang kita memang
harus mengalah demi sebuah hasil yang terbaik nantinya. Kemudian, janganlah
lakukan hal yang sia-sia, lakukan suatu hal dengan semaksimal mungkin yang kau
bisa. Karena sejatinya tiada usaha yang menghianati hasil. Membangun kerja sama
dalam grup juga tidak kalah pentingnya agar mencapai hasil sesuai yang
diharapkan. Aku sadar memang selama ini, mungkin kami kurang membangun kerjasa
sama yang baik, sehingga hasil yang kami peroleh tidak sesuai dengan apa yang
kami harapkan. Banyak lagi hal yang dapat ku pelajari dari sebuah project ini.
Walau
akhirnya tidak begitu memuaskan. Tapi aku tetap bangga, aku mendapatkan pesan
moral yang begitu luar biasa dari project ini. Awalnya aku tidak mengira akan begitu
besarnya dampak project ini bagiku. Tapi berkat bimbingan dari dosenku, mataku
kini mulai terbuka, cakrawala hidupku mulai terlihat dan bekal-bekal di masa
depan pun mulai aku dapatkan. Ku ucapkan ribuan terimakasih kepada dosenku,
jasamu akan selalu kuingat. Terima kasih juga kepada teman grupku yang sudah
senatiasa berkerja sama dalam project ini. Aku turut berterimakasih juga kepada
teman kelasku yang beberapa kali ikut membantu dalam project ini. Aku berharap
kalian semua juga ikut merasakan hikmah dari project yang telah kita lakukan
bersama-selama selama satu semester ini. Inilah akhir dari projectku, tentunya
bukan akhir dari perjalanan hidupku.
English Version
The
End of a Project
The
wind isn’t too Fast, Friendly Air also looks with me. With great anxiety I try
to serve out live today. The day when the final seconds of the struggles of one
semester will end. Yes..., we usually to call the "FINAL".
"Heee ..., you are so late," talking my
friend who is already over half an hour waiting for us.
"We
are from campus, there is a little affair.
Has Miss come ?", I asked her.
With
a view of the flat, she replied,
"Not
yet".
We usually make the project at Syiah
Kuala beach, a few kilometers from the city of Banda Aceh. We are made up of
four people in one group, choose a project to clean a beach. Our options
were Syiah Kuala beach. We chose this
beach because of the many tourists who come, not only for sightseeing but also
anyone wants to make a pilgrimage to tomb Sheikh Abdurrauf As Singkily or
Acehnese people often call it by Tengku Syiah Kuala.
Tengku Syiah Kuala is a great ulama
in Aceh were very influential in the previous period. Naturally, until now the
Acehnese people really appreciate struggle who he had done. We clean the
beaches will be located right beside the tomb of Tengku Syiah Kuala.
"Fifi, Fifi ...", call my
friend to me.
"What
happen with you? ... !!!", she asked to me.
"No
problem, but I feel there a something bad ", I replied nervously.
"Ohh..calm
down my friend, we live it all together ," said my friend, smiling.
Glance
my mind as drawn retreat backwards early days of our project. I remembered the
beginning of this project was assigned by the lecturer. Very obvious it felt
the look-face my friends, who do not know what they must to do. To the extent
that we are one class gathered in one place to discuss this project. But
strangely, the solutions that we have on did not go according to plan or could
be said to be "a total failure". I felt it funny if to remember
today. I remembered one TV program that catchphrase "Solving Problems
Without Solutions", hahahahaha ..., laughing silently. That is when it
happened to us.
However,
finally we chose negotiate only with our own group. As a result, we chose a
project to clean a beach.
I
remember the morning of the week, I experienced a little annoying. I was with
my friend get together somewhere to go to the beach Syiah Kuala together. We
promise to converge exactly at 08.00 am. However, almost 2 hours I and one of
my friend waited, they did not come.
"Why
they do not come ?", I said annoyed.
"Already
2 hour for wait , do not come too". said again my friend who also annoyed.
"Hmmm
...... !!!!!", I sighed deeply.
After
a long for wait, finally they came. In There, I felt very annoyed. However, for
the sake of a friendship I am succumb. Long story short, we set off towards the
beach Syiah Kuala. When we arrived, we observed Nearby beach is very dirty at
the time and was fairly crowded visitors.
But
there is one sight that caught my attention at the time, a family was relaxing
at the beach. Looks like they brought
food from home. But, they are made me shock, they throw their food waste
carelessly. They seemed to not care about the environment caused of their act.
They also seemed comfortable with that condition.
Seeing
that, I want to a little made them aware about environment. Which is certainly
not through warnings. Because I know, my age away from them and did not deserve
it seemed to me to remind them. I try to walk slowly around beach, I try picking up some plastic waste.
With the slowly, my footstep until to that family, I try to pick up garbage
around them. I feel nervous, I'm afraid they are negative thinking about me.
But I was amazed when the family join with me to picking up trash and
collecting it into plastic and gave it to me.
"Where
are you come ?", talking an elderly woman from the family.
"From
Uin Grandma," I said in the middle-aged woman.
"In
what order select waste here ?", said other family members.
"Nothing,
there is a little project from a lecturers", I replied again.
I realized, in fact they are know
the cleanliness. However, because they are usual throws and supported with an
situation like that, then throw a waste as if already entrenched among people
in Aceh. Actually, we also do not want to blame them completely, but facility
in the beach area still lacking such as wastebasket . In fact, when we left the
roadside trash. After a week, none of the garbage car passing by to take our
trash. To the extent that there is one of my friends who reported the matter to
the Department of Hygiene. And finally, our garbage has been collected be
carried by garbage car. From here, we
can conclude indeed even the government's and own public awareness is still
very minimal.
For
me, the week after that is not too impressive. Because of the tight schedule
already started the lecture. We only visited the beach on weekdays instead of
in the holidays anymore. However, the effect has been little visible with the
environment has begun to clean at area Syiah Kuala beach. Although it is undeniable,
lately Banda Aceh very heavy rain every day. Trash the beach began to seem such
as wood that many brought in by the waves. For plastic waste, not so much,
while visitors lately are not going out because of rain.
Do
not feel this is the end of our project, although not too optimal result, we
submit it to Allah SWT. Today my lecturer promised want to see our project.
With jet-black sand and stone mountain, we sat waiting for her and converse
lightly.
"There
chat from Miss Deasi", said my friend.
"Miss
Deasi have arrived," she continued.
"Where
?, I don't see her", our replied to be confuse.
We
are standing and see far toward the street, and it is true of our lecturers
have just arrived.
"Haiii,
how are you?", She said warmly.
"Good
miss", we replied together.
"What
will we do Miss Deasi?", Asked one of my friends
"It's up to you, as usual you are doing, I'm
here just to see your project," replied our lecturers.
Hearing
these statements, we started rushing back take the rubbish around the beach.
Honestly, I felt so anxious. My instinct says bad things will be happen that
are not expected later. My footstep continued to explore the coast and
occasionally my fingers pick up the trash. Yet full of plastic we collect
trash. Suddenly the lecturer called us to come together.
"You
know what is wrong from your project?", Asked my lecturer seriously.
We
were quiet for a thousand languages, confused what to say.
"What
obstacle from you're project?", she continued.
Again,
we not brave anwers question, we are so afraid.
"Less
known to people Miss Deasi"I said doubtfully.
"The lack of our interaction with the people
around here Miss Deasi," replied my friend other.
"The facility are less Miss Deasi, such as banners, trash cans," said my friend anymore.
"Ok
.., you are there made a fanpage as I
suggested," said my lecturer again
"
Not yet Miss Deasi", we replied with dissapointed.
"Well, that's wrong from you, actually you
project is already very good, but it should end without a result like this. Try
if you create fanpage certainly many people out there who want to help you. Now
your project, I can say not there a
result. I hope at least there is little influence to society from your project.
But this, only you know and as ending of this project, the trash will return
many as before anymore. Try to do something as good as possible not to
underestimate the slightest thing ", said my lecturer.
Heard
a statement from my lecturer, I feel so sad. Now my feelings were mixed among
the sad or confused what to do. But a little statement from my lecturer,
brought a thousands of meaning for me. I realize we made the project not too
serious. But, from this project I can learn. I can no longer rely on others. I
must try to do something if I can't do
it, such as make a fanpage. I admit can
not make a fanpage but why I did not try. Ahhhh ..., indeed regret always comes
too late.
In
addition, I also learned to lower their egos, sometimes we do have to effort
over for a best result. Then, do not do it in vain, to do something with as
good as possible as you can. Because no effort is betraying the true results.
Establishing cooperation in the group is also important in order to achieve
results as expected. I realize, maybe we lack a good build kerjasa same, so
that our results are not in line with what we expected. Many more things can I
learn from a project of this.
Although
the end is not so satisfactory. But I'm still proud, I get a message that is so
extraordinary moral of this project. At first I did not expect such enormous
impact of this project for me. But thanks to the guidance of my lecturer, my
eyes began to open now, the horizon of my life is starting to look and to be
important I got a modals for in the future. I said a thousand thanks, your
statement will always be remembered. Thanks also to My Groups whose work
together in this project during one semester. I'm so grateful also to my
classmates who several times helped in this project. I hope you all are feeling
the wisdom of the project we have done together over for one semester. This was
the end of my project, certainly not the end of my journey.